Memang benar, politik adalah sebuah cara untuk mencapai kemenangan. Berbagai jurus tipu muslihat dikeluarkan asal segala keinginan akan kekuasan bisa diraih. Tak salah ketika banyak orang yang mengatakan politik itu jahat. Mungkin itu pulalah yang menginspirasi cara berpoltiknya Sutrisno SE, Bupati Majalengka yang sekaligus Ketua DPC PDIP Majalengka.
Cara berpoltiknya Sutrisno sulit bisa ditebak, selalu keluar dari pakem kebiasaan orang pada umumnya berpolitik. Atau manuver-manuver politik Sutrisno sering out of the book. Coba kita telisik, pada tahun 2013 yang lalu, Sutrisno tetap ingin mepertahankan kekuasaanya menjadi orang nomor satu di Majalengka untuk yang kedua kalinya. Pada saat itu Bupati Majalengka menganggap bahwa lawan politik terberat bagi dirinya adalah wakilnya sendiri, yakni Karna Sobahi. Namun kehebatan Bupati Sutrisno pada saat itu adalah mampu "mengkerangkeng" wakilnya untuk tidak pergi kemana-mana. Maka pada Pilkada 2013 lahir SUKA jilid II yang telah mengantarkan Sutrisno kembali menduduki jabatan Bupati Majalengka untuk kedua kalinya.
Bagaimana dengan Pilkada Majalengka 2018 nanti?. Lagi-lagi kepiawaian cara berpolitik Sutrisno kembali nampak. Dengan isu yang dia hembuskan bahwa dirinya hanya rela jika tampuk kekuasaan diteruskan oleh wakilnya, yakni Karna Sobahi. Dan untuk meyakinkan wakilnya, maka Karna Sobahi dijadikan sebagai wakil ketua bidang kehormatan DPC PDI-P Majalengka. Maka sumringahlah Karna Sobahi, ia begitu yakin akan diusung PDIP untuk maju di pilkada 2018. Padahal sesungguhnya, lagi-lagi Sutrisno tetap menganggap bahwa Karna Sobahi adalah lawan politik terberatnya.
Dengan dijadikannnya Karna Sobahi dalam jajaran kepengurusan DPC sesungguhnya adalah upaya Sutrisno untuk "mengkerangkeng" Karna Sobahi yang kedua kalinya. Apa sebab?. Dengan tidak mungkin dirinya maju kembali dalam kontestasi politik 2018 maka ia berpikir bahwa Bupati yang akan memimpin nanti adalah yang meneruskannya, bukan menggantikannya. Hal itu ia lakukan untuk mengamankan kepentingan aset dan ekonominya kedepan serta bisa mengamankan kemungkinan dirinya terjerat kasus hukum. Dengan "mengkerangkeng " Karna Sobahi, maka lawan terberat sudah ia kunci. Karena sesungguhnya Sutrisno akan mendorong Imas, istrinya untuk menjadi penerus kekuasaannya agar kepentingan aset ekonomi dan hukum kedepan ada yang mengamankannya.
Apa yang menginspirasi Sutrisno mengambil langkah politik demikian. Jawabanya bahwa dirinya belajar pada Kabupaten Kuningan, dimana Aang Hamid dua kali berkuasa selanjutnya diteruskan istri tercintanya. Jika skenario ini terjadi, maka akan ada hati yang terluka.(***)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca