Bukit Panyaweuyan Panorama Pegunungan di Majalengka Jawa Barat

Bukit Panyaweuyan Majalengka Jawa Barat

SUARA GARDA, Majalengka
      Kepala Desa Tejamulya kecamatan Argapura kabupaten Majalengka Kusnadi menyampaikan, Panyaweuyan merupakan daerah perbukitan di kaki Gunung Ciremai, tepatnya di Blok Cibuluh, Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Daerah ini, selain menyuguhkan keindahan pesona alam, juga dengan kontur lahan yang digunakan untuk bercocok tanaman. Salah satu hasil bumi yang diunggulkan di lokasi ini adalah : bawang daun, padi, boled (ubi jalar), bawang merah, dsb. Lahan yang berundak-undak di atas punggung bukit, ditambah panorama pegunungan yang mengelilingi daerah Panyaweuyan menjadi daya tarik tersendiri, katanya.
       Dijelaskan Kusnadi, Dengan sebagian wilayah Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka ini adalah perbukitan yang terjal dengan ketinggian sekitar 400-2000 Mdp
l. Dengan kontur tanahnya yang miring sekitar 25%-40% lalu mengikuti kemiringan nya itu dijadikan lahan berundak-undak. Panorama dari Bukit Panyaweuyan benar-benar akan memuaskan dahaga dan pehobi fotografi. Betapa tidak, pesona terasering Argapura yang merupakan warisan leluhur begitu cantik dilihat. Tak kalah dengan Vietnam atau Thailand, jelasnya.
       Kusnadi menambahkan, Majalengka memiliki pesona yang lebih indah dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di luar negeri. Bukit Panyaweuyan ini juga populer dengan sebutan bukit bintangnya Majalengka,”Dari puncak bukit Anda bisa melihat indahnya sunrise Majalengka dan kokohnya gunung ciremai dari kejauhan, karena pemandangannya yang indah itulah Bukit Panyaweuyan sekejap bisa menarik banyak orang untuk mengunjunginya. Suasana syahdu akan sangat terasa pada pagi hari terutama saat kabut turun,” imbuhnya.
       Dikatakan pula, langit yang cerah serta perpaduan kabut yang menyelimuti bukit tanpa menghalangi terasering Argapura menjadi sebuah momen paling langka yang akan dijumpai pengunjung. Untuk menikmati keindahan Terasering Panyaweuyan sebaiknya dilakukan pagi hari antara pukul 06.00 sampai 08.00 atau pada sore hari agar sinar matahari tidak terlalu terik.
       “Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bila Anda mengunjungi tempat ini, pertama karena lokasi ini merupakan lahan produktif masyarakat yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan, hendaknya dalam mengabadikan objek-objek, Anda senantiasa memperhatikan agar tidak merusak tanaman pertanian. Kedua disarankan membawa bekal makanan dan minuman sendiri karena trek yang  ditempuh lumayan menguras tenaga. Hal lainnya yang wajib diperhatikan ialah tidak boleh  mengotori tempat ini dengan membuang sampah sembarangan,” papar Kusnadi.
       Karwan (52), petani Blok Cibuluh, menuturkan ladang terasiring seperti ini sudah terbentuk sejak zaman dahulu peninggalan nenek moyang orang Majalengka yang sejak dahulu berprofesi sebagai petani.
       "Orang tua dahulu menanamnya jagung dan singkong. Sekarang beralih ke sayuran seperti kol, kentang, dan daun bawang. Bentuknya memang sudah kayak begini (terasiring)," ujarnya saat berbincang dengan Suara Garda di kebunnya.
       Semua lahan ini milik petani di Kecamatan Argapura. Setiap penduduk yang berprofesi petani memiliki lahan dengan luas yang berbeda-beda.
       "Setiap orang punya lima sampai 10 lahan. Luasnya berapa, beda-beda. Biasanya lahan itu nanti enggak dijual, tapi diberikan ke anak cucunya. Saya juga punya tiga lahan, pemberian orang tua," cerita Karwan.(SY)

Share on Google Plus

Tentang Unknown

SKU Suara Garda Berdiri Atas Dasar Keprihatinan Sekumpulan Generasi Muda Terhadap Ketidak Adilan, Pelaku Koruptor Serta Bertekad Menjadi Corong Bagi Masyarakat

0 komentar :

Posting Komentar

Komentar Pembaca

Baca Juga