![]() |
Ilustrasi |
SUARA GARDA, Majalengka
Program Bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2016 untuk rehabilitasi ruang kelas telah digelontorkan oleh Pemerintah Pusat melalui Dinas Pendidikan kabupaten Majalengka.
Salah satu penerima bantuan tersebut yakni pada Proyek rehabilitasi pembangunan 2 lokal ruang kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mekarmulya II Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, di duga bermasalah dan berpotensi proyek pembangunan 2 lokal kelas tersebut dapat merugikan keuangan Negara.
Menurut informasi yang didapat, SDN Mekarmulya II pada tahun ini mendapatkan bantuan senilai Rp. 90 juta yang digunakan untuk rehabilitasi 2 ruang kelas, namun dalam pengerjaanya hasil pantauan Suara Garda tampak hanya pengecatan, serta ganti genteng, adapun kayu yang digunakan untuk risplang memasang kayu lokal kelas 3, ironisnya kondisi sekolah tampak masih layak dengan rangka atap menggunakan kontruksi bajaringan, masih menurut informasi dari sumber, daftar penerima bantuan rehab tersebut diduga kuat sejumlah sekolah dipaksakan untuk masuk daftar penerima, meski kondisi ruang kelas masih layak pakai, selaku dinas pendidikan kabupaten Majalengka diduga tidak melakukan verifikasi faktual ke sekolah calon penerima bantuan
Menurut kepala sekolah SDN Mekarmlya II saat di komfirmasi mengaku anggaran rehab digunakan untuk mengganti genteng, pemasangan kramik, serta pengecatan, juga pengerjaan langit langit, bantuan yang diterima Rp. 90 juta menurutnya digunakan untuk rehab dua ruang kelas namun pengejaannya dilakukan untuk tiga ruang kelas yaitu untuk pengecatan,”Sementara bangunan sudah selesai dan uang masih 30% belum cair,” katanya.
Menanggapi hal tersebut Dani Pande Iroot sekertaris LSM LPPRI jawa barat mengatakan, memang kalau rehab asal-asalan pasti ada uang lebih pengerjaan rehab tersebut jelas tidak sesuai dengan RAB, uang senilai Rp.90 juta tidak terserap semua buktinya bangunan sudah beres uang masih ada 30%, Kepsek mengatakan masih ada uang sisa setelah rehab selesai berarti dugaan pengurangan volume itu jelas terjadi, kepala sekolah tidak mementingkan kwalitas bangunan diduga hanya mementingkan keuntungan supaya ada sisa anggaran,” Intinya bahan material tidak diganti secara maksimal nilai lebihnya ada uang sisa anggaran,” ujarnya.(Din)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca