SUARA GARDA, Majalengka
Irvan begitu pemuda itu biasa disapa, tekun membaca pemikiran-pemikiran Mao Zedong, tokoh komunis asal Tiongkok. Minat itu terutama tumbuh saat dia belajar ilmu politik di Economic and Political Science, University of Southern California, Amerika Serikat.
Dia terobsesi untuk mendorong perubahan sosial dalam kehidupan nyata. Meski kuliah politik, impian itu tidak dijalankan lewat jalur politik, melainkan melalui jalur ekonomi kerakyatan.
Dengan bendera Vasham Kosa Sejahtera yng didirikan pada 2013, kini pemuda itu bermitra denga 7.000 petani jagung di Lampung dan Jawa Tengah. Dalam lima puluh tahun ke depan, dia ingin memperluas kemitraannya dengan 200.000 petani.
Vasham adalah salah satu lembaga usaha sosial Indonesia yang mendapat banyak pengakuan secara global. Salah satunya berbentuk inventasi 2,5 juta dollar As dari lembaga investasi asing. Usaha sosial menerapkan prinsip dan tata kelola usaha profesional. Namun, alih-alih keuntungan tujuan utamanya adalah untuk membantu menyelesaikan berbagai persoalan sosial.
“Keluarga saya belum sepenuhnya setuju dengan pilihan ini. Ayah saya bilang, cari uang itu susah dan saya malah cari cara paling susah untuk mendapat uangg,” tutur Irvan.
Komentar itu terucap saat dia memutuskan keluar dari bisnis keluarga. Selain bisnis di pakan ternak, keluarga Kolonas juga punya rekam jejak panjang di bidang investasi. Portofolio keluarga juga tercatat di berbagai lembaga.
“Lulus kuliah, saya bekerja di perusahaan keluarg,” ujar pemuda yang mencurahkan enam hari per pekan untuk Vasham Kosa Sejahtera itu.
Di rumah petani
Kisah Muhammad yunus yang sukses membangun Garmeen Bank di Banglades memberi inspirasi untuk membantu orang lain melalui jalur bisnis. Irvan mulai mewujudkan keinginan itu selepas mengikuti Innovative Dynamic Education and Action for Sustainability (IDEAS) Indonesia pada 2012. Setiap peserta IDEAS indonesia diminta merancang program untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Dari diskusi dengan keluarga, diputuskan ia akan membantu petani jagung. Pilihan itu karena jagung akrab dengan bisnis pakan ternak yang digeluti keluarganya. Alasan lain, petani di Indonesia paling banyak masuk kelompok masyarakat yng perlu di perbaiki taraf kesejahteraan.
Pilihan itu tidak mudah karena Irvan tidak tahu soal petani. Untuk menggali lebih dalam, ia memutuskan berangkat ke Lampung dan tinggal di rumah petani di sana. Lampung di pilih karena mudah dijangkau dari jakarta, tempat irvan dan keluarga tinggal. “Waktu itu, saya enggak betah tinggal di rumah petani. Tetapi, harus saya lakukan agar saya tahu apa yang dibutuhkankan,” kenangnya.
Dia mengamati kehidupan petani dan berbincang dengan mereka. Ternyata, ada beberapa fakta yang tidak mengenakan. “Petani bergantung kepada tengkulak karena itulah pilihan paling rasional bagi mereka. Tengkulak yang bisa hadir paling dekat dengan petani. Walau menawarkan harga rendah, petani memilih menjual kepada tengkulak,” katanya.
Sepanjang menceritakan kedidupan petani, Irvan sama sekali tidak pernah tersenyum. Dahinya berkali-kali berkerut, apalagi saat meceritakan faktaselama ini pemeritah menghitung penghasilan petani dengan asumsi setiap keluarga petani memiliki 2 hektar. Padahal, hampir tidak mungkin mencari petani dengan lahan lebih dari 1 hektar di Indonesia.
Ada serangkaian asumsi lain yang tidak tepat sehingga berbagai program perbaikantaraf hidup petani tak sesuai target. Salah satunya, program kelompok tani. “masalahnya kelompok tani dibuat berdasarkan desa.lahan anggotanya tidak tergabung dalam suatu hamparan bersama. Anggita ini lahannya disini,anggota satu lahannya di tempat lain.”tuturnya.
Kondisi itu menyulitkan mekanisasi dan ekstensifikasipertnian.tidak efisiensi jika menyewa traktoruntuk menggaraf 0,5 hektar lahan di ujung desa,lalu dipindahkan ke ujung lainnya.”Karena itu, saya saya bikin pendekatan kelompok tani berbasis hamparan.mereka bisa bekerja sama untuk mennggrap salah satu hamparan sekaligus,”kata Irvan
Setelah ada kelompok tani dan lahan jelas,pemuda itu juga menemui salah satu pihak untuk mendapatkan bibit,pupuk,dan berbagai kebutuhn petani lainnya.pembelinya adalah kelompok tani yang bermitra dengan vasham kosa sejahtera. ”vasham tidak bisa membelipupuk subsidi,petani yang berhak,” ujarnya.
Investasi dan rugi
Melaui vasham, Irvan membeli hasil panen para mitranya. Kini setiap lahan 1 hektar di lampungdan jawa tengah menghasilkan rata-rata 10 Ton jagung pertahun. “Kami sudah survei penghasilan mitra sudah naik 30 persen dibandingkan dengan sebelum kemitraan dimulai.” Uajrnya
Kenaikan pendapat itu karena vasham menawarkan harga lebihtinggi dibandingkan tengkulak. Dengan 350 staf dilapangan, vasham bisa memutus rantai pembelian. “salah satu penyebab petani menerima harga rendah dan pembeli akhir membayar dengan harga tinggi karena rantai distribusi terlau panjang.vasham berusaha memangkas itu.’ Ujarnya
Semua pekerja vasham adalah karyawana tetap.Itu menghabiskan biaya besar belum lagi dana untuk membangun sistem diperusahaan. “kami menghitung, vasham akan menanggung kerugian sampai 2018. Biaya tetap dan investasi awal abru bisa ditutupisetelah itu.” Katanya.
Untuk membiayai perusahaan,vasham, antara lain mengandalkan investasi. Selain 2,5 juta dollar AS yang sudah diperoleh, vasham juga masih membidik investor lain. Vasham memang punya misi sosial,tetapi dikelola secara profesional. Investor melihat rencana bisnis kami jelas dan dampak sosialnya besar, jadi mereka mau investasi.” Katanya.
Irvan menuturkan banyak lembaga investasi dengan dana miliaran dollar AS yang khusus menanamkan modal ke lembaga usaha sosial. Lembaga-lembaga investasi itu biasanya mencari perusahaan yang bisa menerima investasi minimal 500.000 dollar AS “Mereka ingin benar-benar dananya membawa manfaat ke masyarakat. Selain itu, karena alasan efisiensi,” tuturnya.
Di Indonesia, banyak lembaga usaha sosial yang belum mencapai skala itu, bahkan kurang dikelola sebagai layaknya perusahaan. Kendala itu tidak bisa diselesaikan jika hanya mengharap prosedur alamiah. Harus ada campur tangan pihak lain untuk membesarkan usah sosial sehingga layak menerima suntikan modal lebih besar.
“Sekarang skarang sedang bimbing tiga wirausaha sosial agar bisa mencapai taraf layak investasi,” ujarnya
Di sela mengelola Vasham, Irvan menyempatkan diri menonton televisi dan film bioskop. Ia suka menonton apa saja. “Saat menonton, rasanya semua lepas. Saya cuma fokus ke yang ada di layar. Kalau John Snow (salah satu tokoh dalam serial televisiGame of Thrones) sudah di layar, saya bisa lupa semua,” katanya. ( KRIS RAZIANTO MADA )
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca