Oleh: Saeful Yunus
Walau Pilkada Majalengka ini masih lama, kalau tidak ada kejadian politik yang maha dahsyat kemungkinan akan tetap dilakukan tahun 2018 nanti, tapi kemeriahannya sudah mulai terasa, mulai dari berita-berita di media massa lokal, tulisan di media sosial mengenai prediksi calon-calon yang kemungkinan akan mencalonkan dan dicalonkan (termasuk juga tulisan ini), baliho-baliho orang yang kemungkinan akan mencalonkan atau berharap dicalonkan partai memperkenalkan diri agar masyarakat mulai mengenal dirinya, tentunya dengan menyelipkan jargon-jargonnya.
Mulai dari “Regenerasi”, “Mencari Pengganti Bukan Penerus”, dan lain-lain, walaupun saya sendiri sebenarnya tidak mengerti secara rinci apa makna pada jargon tersebut.
Mungkin maksudnya “Regenerasi” adalah mencari pemimpin baru dengan harapan akan membawa perubahan yang baru di kabupaten Majalengka, masyarakat dan anak-anak mudanya sudah mau bangkit untuk berfikir kritis tidak lagi mau mempunyai pemimpin yang seperti itu karena sudah mengerti mana yang hanya pencitraan, mana yang berintegritas.
Yah tapi itu kan cuma jargon saja, setiap pemilihan bupati kan memang seperti itu, dan setiap itu pula hasilnya tak pernah sesuai harapan-harapan yang masyarakat sudah terlanjur mengharapkannya ?. Mereka berjanji, diingkari, dan masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pengingkaran itu selain menunggu pemilihan selanjutnya, akan begitu terus siklusnya. Begitu kata kebanyakan orang.
Biarkan saja lah, walaupun memang seperti itu sejatinya, tapi jangan sampai jargon, janji-janji itu langsung kita buang ke selokan-selokan, ambil saja positifnya, dan bagi saya itu cukup menyenangkan. Tanpa jargon, janji-janji kampanye itu apakah hiburan malam di Hariring sudah cukup menghibur dan membuat kita senang ?.
Lagi pula alasan seseorang masih mau menjalani hidup kan sebenarnya juga karena masih ada harapan-harapan pada diri seseorang itu, tidak peduli apakah nanti hasilnya sesuai harapan atau tidak,.
Apa jadinya seseorang hidup tanpa punya harapan ?, dan setahu saya, perempuan itu mau menikahi laki-laki ya karena perempuan itu merasa ada harapan pada laki- laki yang dipilihnya, begitu pula laki-laki.
Itu yang membuat saya berbeda dengan mereka ratusan ribu warga yang mungkin sudah terlanjur kecewa dengan jargon, janji, pengingkaran yang terus menerus itu, saya masih sedikit bisa merasa senang, tersenyum walau belum bisa membuat tertawa, tapi setidaknya masih lebih menyenangkan dibanding harus bersusah payah menempuh jalanan rusak dan terjal untuk sekedar menikmati keindahan objek wisata, dan menjalani kemacetan ketika melalui jembatan-jembatan yang rusak di kabupaten Majalengka karena banyaknya truk yang diizinkan konvoi.
Sedikit memang kesenangan itu, karena memang cuma sedikit, saat ini yang muncul baru sekedar jargon.
Mungkin nanti akan lebih menyenangkan dan membuat saya terbahak tertawa ketika ada seseorang yang menawarkan mimpi bukan hanya jargon, mimpi yang akan menggunakan APBD kabupaten.(***)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca