SUARA GARADA, Majalengka
Pelaksanaan bantuan rehabilitasi ruang kelas SD (Sekolah Dasar) yang bersumber dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun 2016 di Kabupaten Majalengka, diduga banyak penyimpangan. Program ini dduga seolah telah menjadi ajang korupsi para pihak terkait.
Pihak pelaksana di sekolah masih berupaya untuk mengambil keuntungan pribadi dari dana yang diterima, tentunya dengan melakukan pengurangan volume dan/atau item-item pekerjaan. Dari pantauan media ini, penyimpangan tidak hanya pada pekerjaan pelaksana swakelola sekolah yang bersangkutan. Indikasi penyimpangan juga terasa kental di tingkat pejabat pengambil keputusan dan tim verifikasi.
Diduga kuat sejumlah sekolah “dipaksakan” untuk masuk daftar penerima, meski kondisi ruang kelas dari sekolah tersebut masih layak pakai. Sementara di tempat lain, ada sekolah yang gedungnya tak lagi layak pakai, tetapi tidak masuk daftar sekolah penerima.
Fakta lainnya, ada sekolah yang hanya mendapat dana rehab sedang, padahal kondisi ruang kelasnya sudah berada pada kategori rusak total dan sudah tidak dipakai untuk KBM (kegiatan belajar mengajar) oleh pihak sekolah.
Dinas Pendidikan setempat diduga tidak melakukan verifikasi faktual sekolah calon penerima DAK sebelum menetapkannya dalam daftar usulan.
Penyimpangan yang terjadi di tingkat pelaksana swakelola terlihat pada adanya upaya meminimalkan pekerjaan. Bagian-bagian gedung sekolah yang ditangani hanya yang ringan-ringan saja. Dana yang dikeluarkan diupayakan seminimal mungkin. Umumnya,kegiatan rehabilitasi hanya dilaksanakan sekadar pekerjaan poles-poles dan penggantian sebagian kusen, plafon dan keramik lantai.
Sekolah yang terpantau hanya sekadar polas–poles antara lain adalah SDN Balida II kecamatan Dawuan kabupaten Majalengka, diduga tidak sesuai spesifikasi hanya penggantian atapnya dengan metode tambal sulam, serta pengecatan, penggantian genteng serta sisa bahan material bangunan diduga akan dijual oleh pihak sekolah, rehab ruang kelas diduga dijadikan ajang untuk mencari keuntungan, tanpa memeprhatikan kwalitas dan mutu bangunan.
Kepala sekolah lagi keluar tidak ada di sekolah "saya tidak tahu kepala sekolah akan pergi kemana karena tidak ngasih tahu kepada rekan guru tadi pagi berangkat menggunakan motor warna biru ujar salah seorang guru kepada awak media.(Rozan)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca