Public Opinion
![]() |
Dede Sunarya (Desun) |
Oleh: Dede Sunarya
Tanpa terasa sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2016 dan akan memasuki tahun baru 2017. Semua umat manusia diseluruh dunia termasuk di Majalengka akan menyambutnya dengan sukacita dan pesta pora. Pesta kembang api akan mewarnai malam pergantian tahun baru. Banyak kejadian yang tercatat bukan hanya menjadi bahan renungan, tetapi bisa menjadi barometer tentang apa yang akan terjadi ditahun-tahun berikutnya. Hal yang menarik adalah perkembangan dan perubahan gerakan-gerakan beberapa politisi beserta partai politiknya. Mengapa perkembangan politik Majalengka menjadi catatan sendiri, karena kabupaten Majalengka akan menggelar perhelatan politik pemilihan Bupati Majalengka yang akan dilaksanakan tahun 2018 bersamaan dengan pemilihan Gubernur Jawa Barat. Persiapan untuk itu telah dimulai sejak awal tahun 2016 ini.
Dimulai dengan munculnya wacana pasangan bakal calon Karna Sobahi - Imam Pramudya (KARIM) yang digadang-gadang akan diusung PDI-P menjadi isu pertama yang ramai dibicarakan masyarakat Majalengka. Namun belakangan seiring waktu, wacana KARIM seperti kehilangan ruhnya, seiring komunikasi politik yang buruk dari keduanya tercium publik. Imam Pramudya terkesan aku dirinya tinggi karena merasa rencana pencalonannya didukung Bupati Sutrisno, hingga sampai ahir tahun inipun tak pernah sekalipun Imam Pramudya sowan secara khusus bertemu Karna Sobahi untuk sekedar mematangkan akan wacana Pasbalon KARIM.
Diprediksi wacana KARIM akan hilang ditelan bumi. Ditambah pula Imam Pramudya dianggap kurang mampu memanfaatkan peluang yang diberikan Bupati Sutrisno dengan mengemas diri. Hingga pada akhirnya Bupati Sutrisno yang juga sebagai Ketua DPC PDI-P Majalengka mulai mempersiapkan alternatif lain sebagai pengganti Imam Pramudya untuk mendampingi Karna Sobahi. Sementara itu mantan Sekertaris Daerah, Ade Rahmat Ali yang sekarang sebagai wakil bendahara DPW Golkar Jawa Barat ikut pula meramaikan bursa pemilihan Bupati Majalengka tahun 2018.
Barisan Ade Rahmat Ali (BARA) menjadi alat gerakan pendukung untuk mewujudkan ambisi politiknya. Namun entah apa yang menjadi kendala, pergerakan BARA seperti kehilangan greget, tidak memBARA bahkan semakin meredup. Disisi lain munculnya dua orang yang berlatar belakang pengusaha sukses yakni Taufan Ansyar dan Moch Ramdani meramaikan pula bursa bakal calon Bupati juga sempat menarik perhatian masyarakat banyak.
Taufan Ansyar pengusaha spareparts pesawat terbang sempat membuat heboh dengan statemen tim suksesnya atas pernyataannya bahwa Taufan Ansyar akan maju berpasangan dengan penyanyi dangdut Ike Nurjanah dalam kontestasi politik nanti. Sementara Moch Ramdani pun sempat menggemparkan jagat politik dengan bertebaran Baligo di hampir seluruh pelosok Kabupaten Majalengka lengkap dengan pasangannya yakni Eman Sudirman, hal ini terlihat jelas dengan tulisan RAHMAN (Ramdani-Eman Sudirman). Tapi apa yang terjadi, Pasbalon RAHMAN ahirnya pecah ditengah jalan.
Dan perceraian RAHMAN menjadi bukti tergesa-gesanya Ramdani menentukan pasangannya. Dari sudut partai politik, rakyat Majalengka sempat pula dibuat heboh dengan intensitasnya pertemuan enam Parpol (Golkar, PAN, PPP, PKB, Gerindra, Demokrat) di beberapa tempat yang mendeklarasikan koalisi kekeluargaan. Hasil pengamatan penulis diprediksi koalisi tersebut tidak akan pernah bertahan lama.
Penyebabnya selain beberapa ketua Parpol diisi anak-anak muda yang belum memiliki jam terbang secara politik. Sehingga akan sangat rentan terjadi gesekan akibat cara pandang politiknya yang masih pragmatis. Walhasil, dari rekam peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2016, dapat disimpulkan bahwa kandidat yang sudah sangat memiliki unsur kapasitas, popularitas dan elektabilitas mumpuni juga sudah sangat siap untuk bertarung di Pilkada 2018 hanya Karna Sobahi yang kini menjabat sebagai Wakil Bupati Majalengka.(***)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca