SUARA GARDA, Cirebon
WARGA di bagian timur Kabupaten Cirebon yang berprofesi sebagai nelayan kini sedang menikmati hasil dari memanen rajungan. Tangkapan yang hanya bisa ditemukan di perairan Cirebon ini bernilai cukup mahal, dan kini warga di sekitar perkampungan nelayan banyak yang mendadak menjadi pengupas rajungan.
Mereka dibayar cukup tinggi untuk ukuran warga di perkampungan nelayan, yakni Rp 50 ribu untuk pengupasan 1 kilogram rajungan. Selanjutnya, sang “primadona” ini bersiap dikirim ke tiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), Korea, serta Tiongkok.
Tiga negara ini tercatat sebagai negara yang warganya banyak mengosumsi rajungan dari Cirebon, dan tak kurang dari 270 ribu ton rajungan dikirim ke tiga negara ini sepanjang tahun 2015 lalu.
Namun, untuk mengupas rajungan memang tidak mudah. Standardisasi internasional pengiriman rajungan ke luar negeri tidak memperbolehkan rajungan dipegang langsung oleh tangan, sementara di Kabupaten Cirebon masih banyak terdapat pengupasan dilakukan secara manual. Jika terdeteksi rajungan dilakukan secara manual yang membuat kondisi rajungan tidak maksimal, maka pihak luar negeri akan menolak impor rajungan masuk ke negeri mereka.
“Di sinilah serba salahnya kita, untuk meminta nelayan agar jangan mengupas sembarangan juga susah,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Muhidin kepada KC, kemarin.
Para nelayan di Kabupaten Cirebon biasanya memercayakan pengupasan rajungan kepada para istri mereka. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai pengupasan rajungan dan biasanya hanya sekadar otodidak, maka para istri nelayan ini tidak pernah menggunakan alat dalam mengupas, tanpa menyadari jika pengupasan yang dilakukan justru akan membuat nilai jual menjadi turun.
“Kadang, mereka sedang sakit flu dan tangannya sesekali menyeka hidung kemudian tangannya juga menyentuh rajungan,” ucap Muhidin.
Tak hanya soal pengupasan, Muhidin juga melihat langsung bagaimana para pengusaha di sektor perikanan masih belum maksimal dalam melakukan pengemasan. Dari total 3.212 jumlah pengusaha perikanan yang tersebar di Kabupaten Cirebon, hanya sekitar 100 pengusaha yang sudah memiliki kesadaran yang tinggi mengenai kesehatan serta kemasan produk-produk ikan tersebut.
Padahal, lanjut dia, pangsa pasar terbuka seperti yang berlaku saat ini akan membuat persaingan semakin ketat. Dikhawatirkan, pengusaha yang belum mampu memenuhi kriteria pasar akan gulung tikar.
“Sedikit saja rajungan ini terkontaminasi oleh kotoran, maka hasil akhirnya tidak akan bagus. Rajungan seperti itu tidak akan laku di pasaran, apalagi kalau harus diekspor,” ujarnya.
Direktur Bina Multi dan Disversifikasi Produk Perikanan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti mengungkapkan, nilai ekspor rajungan memang cukup tinggi. Rajungan masuk ke dalam tiga produk perikanan favorit warga luar negeri setelah ikan tuna dan udang.
“Seharusnya warga Kabupaten Cirebon patut berbangga atas hal ini. Pantai Cirebon itu memiliki potensi rajungan dengan nilai ekspor yang tidak main-main,” katanya.
Maka, menurutnya, jangan sampai pihak lain datang ke pantai Cirebon kemudian mengambil potensi ini.
“Diperlukan sosialisasi secara intens kepada para nelayan bagaimana mengupas, kemudian mengolah rajungan ini hingga bisa terus go internasional,” tuturnya.(KC-ol)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca