SUARA GARDA, Majalengka
Pasar tradisional merupakan sentral kegiatan ekonomi rakyat secara turun temurun. Namun seirinng pesatnya pembangunan ekonomi di Kabupaten Majalengka, maka di masa mendatang tidak mustahil keberadaannya akan tergeser oleh kehadiran pasar moderen, super market ataupun Mall, pasar rakyat harus mampu bersaing secara sehat dengan pasar-pasar moderen baik dalam kwalitas pelayanan, barang, ataupun sarana dan prasarananya. Hingga keberadaan pasar tradisional tetap bertahan serta memberikan manfa'at bagi pelaku ekonomi dan konsumen kelas menengah ke bawah, Kata Wakil Bupati Majalengka H. Karna Sobahi saat kunjungan ke pasar rakyat kecamatan Sukahaji kabupaten Majalengka pekan lalu.
Karna menambahkan, Pasar Tradisional adalah tempat aktifitas jual beli masyarakat secara tradisional, dan para pelaku usahanya serta pengunjung kebanyakan dari kalangan menengah kebawah, serta pasar tradisional menyajikan ciri khas yaitu terjadinya tawar menawar antara si penjual dan pembeli, tentunya ciri khas seperti ini tidak dimiliki oleh pasar modern karena pembeli langsung melakukan pembayaran di kasir dengan harga pas sesuai dengan angka yang tertera pada kemasan atau deretan rak barang yang dibeli tanpa melakukan tawar menawar, terangnya.
Karna berpesan kepada para pelaku usaha pasar tradisional agar harus mampu bersaing secara sehat dengan pasar modern atau toko modern , super market, Mall, dan lain sebaginya, seperti agar selalu menjaga ketertiban suasana pasar sehingga tidak kelihatan semraut, menjaga kebersihan, menunjukan pelayanan yang baik dan ramah kepada para pengunjung, hal ini bertujuan agar para pengunjung nyaman dan betah dalam berbelanja, serta mereka akan menjadi pelanggan setia dan tentu akan kembali berkunjung diwaktu yang akan datang, imbuhnya.
Dijelaskan Karna, berkurangnya citra pasar tradisional akibat kurangnya disiplin dari sikap para pengelola pasar dan para pedagang. Pengelola pasar tidak profesional dan tidak tegas menerapkan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan pasar.Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan seakan-akandibiarkan saja oleh pengelola pasar. Antara lain, banyaknya pungutan-pungutan liar, kurangnya fasilitas penunjang yang sudah ada sering tidak berfungsi, para preman pasar yang berkeliaran, kebersihan pasar yang tidak terjaga, dan sebagainya.
Selain itu para konsumen juga sering mengeluhkan pelayanan sejumlah pedagang yang menggunakan timbangan atau alat ukur lainnya yang tidak sesuai dengan berat atau jumlah barang yang dibeli pembeli. Juga tidak jarang harga barang di pasar tradisional ternyata lebih mahal dibandingkan harga di pasar modern (pasar swalayan misalnya),”Untuk bisa bersaing dengan pasar Modern maka saya harapkan hal-hal tersebut jangan sampai terjadi lagi,” pungkasnya. (Ajat)
0 komentar :
Posting Komentar
Komentar Pembaca