PSDAP - BBWCC Lamban Tanggani Pendangkalan Sungai

KASIE Penanggulangan Bencana (PB) Pada Dinas Sosial Kabupaten Cirebon, Nana R Harun.

SUARA GARDA, Cirebon
       Dinas Sosial Kabupaten Cirebon meminta kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pertambangan (PSDAP) setempat dan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWCC) untuk tanggap dalam menanggani pendangkalan sejumlah sungai khususnya di wilayah Timur Kabupaten Cirebon.
       Akibat adanya pendangkalan itu, dampaknya mulai dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Cirebon dengan munculnya musibah banjir. Bahkan ada sejumlah desa yang tidak diprediksi sebelumnya akan terkena musibah banjir bahkan terkategori parah.
       “Banjir yang terjadi saat ini khususnya di timur Kabupaten Cirebon akibat sungai di wilayah itu mengalami pendangkalan. Tetapi PSDAP dan BBWCC belum terlihat ada tindakan  nyata dengan melakukan pengerukan,” kata Kasie Penanggulangan Bencana pada Dinas Sosial Kabupaten Cirebon, Nana R Haruan di kantornya, Senin (14/11).
       Bila tidak segera dilakukan normalisasi di sejumlah sungai, baik itu yang menjadi kewenangan PSDAP maupun BBWSCC dampak musibah banjir bisa meluas dan masyarakat yang akan merasakan dampaknya. Seperti yang terjadi dalam satu minggu terakhir dengan rata-rata dua kali terjadi musibah banjir di timur Cirebon.
       “Daerah yang tidak dipresdikasi oleh kita, seperti Kecamatan Pabedilan sekarang banjir dan merendam Desa Tersana, Silih Asih, Pabedilan Kulon dan Desa Pabedilan Wetan. Dan Kecamatan Pabedilan paling parah padahal musim hujan tahun lalu tidak terdampak, dan ini tidak masuk hitungan kita,” bebernya.
       Untuk wilayah Losari, kata Ang Nana biasa ia disapa, selama ini  menjadi langganan banjir akan tetapi  pada musim hujan saat ini tidak terkena banjir. Bahkan, dijelaskan Nana wilayah Pabedilan alami banjir pertama di wilayah itu dan langsung parah. Banjir tersebut akibat sungai Cisanggarung meluap dan masuk ke anak sungai yang melintasi Desa Silih Asih.
       “Luapan itu akibat dangkalnya sungai diwilayah itu, dan sampai saat ini dari PSDAP dan BBWSCC belum melakukan pengerukan disungai tersebut, padahal kondisinya sudah harus dikeruk,” kata Ang Nana, dikantornya, Senin (14/11).
       Kerugian yang dialami dari musibah tersebut dari kedua kejadian khususnya di Kecamatan Waled mencapai Rp1,8 miliar sedangkan dikecamatan lainnya dibawah Rp 700 jutaan. Kerugian tersebut hasil dari pendataan masing-masing desa yang masuk ke Dinsos.
       “Ketinggian air yang paling parah di Desa Ambit Kec. Waled mencapai dua meter dan wilayah ini pula yang kerugiannya cukup besar,” ujarnya.
       Dalam musibah banjir tersebut tidak sampai menelan korban jiwa, akan tetapi sekitar 3.000 ribu rumah terdampak banjir bahkan sekitar 50 rumah yang belum dapat dihuni karena kondisinya masih tergenang air. Banjir tersebut, diakibatkan hujan lebat dihulu seperti wilayah Kuningan dan sekitarnya.
       “Warga Ambit yang diungsikan pada saat kejadian ada sekitar 415 KK, dan data yang terakhir warga yang masih mengungsi di rumah kerabatnya kisaran 20 kk. Sembako sudah kami distribusikan dan sembako sampai dengan saat ini masih cukup namun untuk beras kondisinya sudah menipis. Dan pihak Dinsos tengah mengupayakan beras pemerintah ke Bulog,” ujarnya.(SUHANAN)

Share on Google Plus

Tentang Unknown

SKU Suara Garda Berdiri Atas Dasar Keprihatinan Sekumpulan Generasi Muda Terhadap Ketidak Adilan, Pelaku Koruptor Serta Bertekad Menjadi Corong Bagi Masyarakat

0 komentar :

Posting Komentar

Komentar Pembaca

Baca Juga